Vasculitis atau vaskulitis adalah sekelompok gangguan yang ditandai oleh peradangan serta kerusakan pada pembuluh darah. Meski terdengar asing bagi sebagian orang, penyakit ini memiliki dampak serius karena dapat mempengaruhi berbagai organ tubuh melalui gangguan aliran darah.


Keberagaman jenis dan gejalanya membuat vasculitis menjadi tantangan besar dalam hal diagnosis, klasifikasi, dan penanganan. Namun, berkat kemajuan dalam bidang imunopatologi dan teknologi pencitraan, pemahaman kita tentang kondisi ini semakin berkembang.


Klasifikasi dan Tinjauan Patofisiologi: Mengurai Kompleksitas Vaskulitis


Klasifikasi vasculitis kini tidak hanya mengandalkan pola morfologis dari peradangan pembuluh darah. Pendekatan modern menggabungkan ukuran pembuluh darah yang terkena, besar, sedang, atau kecil dengan penanda imunologis serta gejala klinis spesifik.


- Vaskulitis pembuluh besar, seperti arteritis sel raksasa dan arteritis Takayasu, menyerang arteri utama. Bila tidak ditangani dengan cepat, dapat menyebabkan komplikasi iskemik yang serius.


- Vaskulitis pembuluh sedang, contohnya poliarteritis nodosa, menyebabkan peradangan nekrotik pada arteri otot tanpa melibatkan ginjal secara langsung.


- Vaskulitis pembuluh kecil, termasuk poliangiitis mikroskopik dan granulomatosis dengan poliangiitis, umumnya terkait dengan antibodi ANCA dan menyerang kapiler, venula, serta arteriola. Kondisi ini ditandai oleh peradangan nekrotik dan dapat memengaruhi paru-paru, ginjal, hingga sistem saraf.


Secara molekuler, vasculitis dipicu oleh gangguan sistem imun, produksi autoantibodi, serta kerusakan pada dinding endotel pembuluh darah. Beberapa jenis vasculitis menunjukkan dominasi proses imun kompleks atau peradangan granulomatosa, yang memengaruhi perjalanan penyakit serta respons terhadap terapi.


Gejala yang Menyesatkan: Spektrum Manifestasi Klinis Vasculitis


Gejala vasculitis sangat beragam dan seringkali tidak spesifik di awal, sehingga mudah diabaikan atau disalahartikan sebagai penyakit lain. Pasien bisa mengalami keluhan umum seperti demam, kelelahan, penurunan berat badan, hingga gejala khas seperti ruam kulit, gangguan saraf, nyeri otot, atau nyeri sendi.


Keragaman ini menjadikan diagnosis dini sebagai tantangan tersendiri. Saat ini, pendekatan diagnostik melibatkan evaluasi klinis yang cermat, pemeriksaan laboratorium seperti laju endap darah (LED), CRP, serta deteksi antibodi spesifik seperti ANCA. Pemeriksaan histopatologi pada jaringan juga dapat memberikan diagnosis pasti bila memungkinkan.


Teknologi pencitraan seperti PET-CT dan ultrasonografi vaskular semakin memainkan peran penting, terutama untuk mendeteksi peradangan pembuluh besar secara non-invasif. Hal ini sangat bermanfaat dalam memantau perkembangan penyakit dan efektivitas terapi.


Munculnya Pola Aneh dan Sindrom Tumpang Tindih: Saat Klasifikasi Lama Tidak Lagi Cukup


Seiring bertambahnya pengetahuan klinis dan molekuler, makin banyak kasus vasculitis yang tidak masuk ke dalam kategori klasik. Fenomena ini dikenal sebagai overlap syndromes, yaitu kondisi dengan ciri-ciri campuran dari beberapa jenis vasculitis.


Fenomena ini telah mendorong para ahli untuk mengusulkan sistem klasifikasi yang lebih fleksibel dan personal. Pendekatan baru ini memungkinkan penanganan yang lebih tepat sasaran, sesuai dengan profil penyakit masing-masing pasien.


Salah satu pakar vasculitis terkemuka, Dr. Peter A. Merkel, menyatakan bahwa klasifikasi lama tidak cukup untuk menggambarkan kompleksitas penyakit ini. Menurutnya, peningkatan ketelitian dalam identifikasi biomarker dan pemetaan gejala sangat penting untuk memperbaiki prognosis dan terapi.


Sementara itu, Dr. Ronald F. Falk menegaskan pentingnya kemampuan klinis untuk segera mengenali dan membedakan berbagai jenis vasculitis, agar kerusakan pembuluh darah tidak menjadi permanen.


Vasculitis merupakan gangguan inflamasi pembuluh darah yang sangat kompleks, dengan klasifikasi utama berdasarkan ukuran pembuluh dan sifat imunopatologisnya. Meski sistem klasifikasi modern telah meningkatkan pemahaman kita, tetap saja banyak kasus yang tidak sesuai dengan pola klasik. Pendekatan diagnosis dan pengobatan yang sukses memerlukan kombinasi kecermatan klinis, teknologi pencitraan mutakhir, serta pemanfaatan biomarker molekuler. Semakin dini penyakit ini dikenali, semakin besar peluang untuk mencegah kerusakan organ permanen.