Apakah Anda pernah merasa bingung saat mencoba memahami perasaan sendiri atau kesulitan menafsirkan emosi orang lain? Jika ya, bisa jadi Anda sedang berhadapan dengan kondisi psikologis yang dikenal sebagai alexithymia atau yang sering disebut sebagai "kebutaan emosional."
Ini bukan sekadar kurang peka, tetapi merupakan kondisi mendalam yang memengaruhi kemampuan mengenali, memahami, dan mengekspresikan emosi dengan jelas.
Alexithymia adalah kondisi psikologis yang cukup kompleks, di mana seseorang mengalami kesulitan besar dalam mengidentifikasi serta mengungkapkan perasaan. Mereka yang mengalaminya sering kali tampak kaku secara emosional, berbicara dengan cara yang datar, dan tidak mampu membaca ekspresi wajah atau nada suara orang lain dengan akurat.
Ciri utama dari alexithymia termasuk:
- Sulit membedakan antara emosi dan sensasi fisik
- Menggambarkan perasaan secara kabur atau terlalu umum, seperti hanya berkata "tidak enak" atau "tidak nyaman"
- Berpikir secara sangat logis dan objektif, dengan sedikit atau tanpa imajinasi emosional
- Tampak dingin, cuek, atau tertutup dalam hubungan sosial
Individu dengan alexithymia sering kali lebih fokus pada fakta dan data ketimbang makna emosional di balik suatu peristiwa. Ini membuat mereka terlihat seperti “robot” dalam percakapan yang melibatkan perasaan, dan pada akhirnya dapat menciptakan jarak dengan orang lain.
Penyebab alexithymia ternyata tidak sesederhana yang dibayangkan. Para ilmuwan telah menemukan bahwa kondisi ini bisa disebabkan oleh kombinasi faktor genetik, neurologis, dan lingkungan. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 40% hingga 50% risiko mengalami alexithymia berasal dari faktor genetik. Artinya, jika ada riwayat keluarga yang mengalami kesulitan serupa, kemungkinan besar risiko Anda pun lebih tinggi.
Di sisi lain, struktur otak juga berperan besar. Bagian otak yang disebut anterior insula, yang berfungsi untuk memproses dan menyadari emosi, ditemukan berperan penting dalam kondisi ini. Gangguan atau kurangnya aktivitas di area ini berkaitan langsung dengan kesulitan dalam mengenali perasaan.
Lingkungan tempat seseorang tumbuh pun memiliki pengaruh besar, terutama jika di masa kecil mengalami kurangnya kasih sayang atau pengabaian emosional. Saat kebutuhan emosional tidak terpenuhi di usia dini, kemampuan untuk mengenali dan mengelola emosi bisa terganggu secara signifikan.
Menurut psikolog Dr. John Mayer, "Alexithymia merupakan hambatan utama dalam memproses emosi, dan ini berdampak pada kemampuan seseorang dalam membentuk hubungan sosial serta kesejahteraan pribadi." Pendapat ini juga didukung oleh ahli saraf Dr. Richard Davidson yang menambahkan, "Ketidakmampuan untuk menyadari dan mengungkapkan perasaan melibatkan jaringan otak yang terganggu, yang biasanya bertugas dalam regulasi emosi dan kesadaran diri."
Alexithymia tidak hanya berdampak pada kehidupan pribadi seseorang, tetapi juga merambat ke dalam hubungan sosialnya. Ketika seseorang sulit menunjukkan atau memahami perasaan, hubungan dengan pasangan, keluarga, bahkan rekan kerja bisa menjadi renggang. Mereka bisa terlihat dingin, kurang empati, atau bahkan "tidak peduli," meskipun sebenarnya mereka hanya tidak tahu cara mengekspresikan apa yang mereka rasakan.
Tak jarang, kondisi ini juga memicu masalah mental lainnya seperti kecemasan, stres berlebihan, hingga depresi. Ketika perasaan tidak bisa dikenali atau diungkapkan, emosi negatif bisa menumpuk tanpa disadari.
Meskipun alexithymia belum termasuk dalam kategori diagnosis resmi di banyak panduan psikiatri, kondisi ini dapat dikenali melalui penilaian profesional dengan bantuan alat ukur psikologis, seperti Toronto Alexithymia Scale.
Dalam hal penanganan, terapi psikologis adalah metode utama yang digunakan. Pendekatannya pun harus disesuaikan, berfokus pada:
- Meningkatkan kesadaran emosional
- Melatih pengenalan ekspresi wajah dan nada suara
- Membantu menamai dan menjelaskan emosi secara bertahap
Terapi seperti cognitive-behavioral therapy (CBT), terapi seni, atau terapi berbasis kesadaran (mindfulness) sering kali digunakan untuk membantu individu membangun koneksi antara pikiran, tubuh, dan perasaan mereka.
Mengenali alexithymia bukan hanya penting untuk orang yang mengalaminya, tetapi juga bagi orang-orang di sekitarnya. Dengan pemahaman yang lebih baik, kita dapat menciptakan ruang yang lebih empatik, sabar, dan terbuka terhadap perbedaan cara berkomunikasi emosional.
Memahami bahwa seseorang tidak bisa mengekspresikan emosi bukan berarti mereka tidak memiliki emosi. Mereka hanya belum menemukan cara untuk mengartikulasikannya.
Alexithymia adalah kondisi yang jauh lebih kompleks dari sekadar "tidak ekspresif." Ini adalah kombinasi antara struktur otak, genetika, dan pengalaman masa lalu yang membentuk bagaimana seseorang merasakan dunia emosional di sekitarnya. Dengan penanganan yang tepat, seseorang yang mengalami alexithymia tetap bisa membangun kehidupan sosial yang sehat dan memuaskan.