Selamat datang di sisi rahasia Mandalay, di mana setiap pagoda berlapis emas dan lorong kayu jati yang sunyi menyimpan kisah tersembunyi yang menanti untuk ditemukan.
Di balik destinasi populer yang sering dikunjungi turis, terdapat permata-permata tersembunyi: mulai dari lonceng raksasa seberat 90 ton yang bisa Anda bunyikan sendiri, hingga reruntuhan misterius yang diselimuti kabut pagi di tengah hutan tropis.
Semua lokasi ini telah kami petakan lengkap dengan estimasi tarif, waktu tempuh, dan trik agar Anda bisa menikmati pengalaman tanpa harus berdesakan dengan keramaian. Siapkan sepatu jalan dan kamera Anda, karena petualangan mengeksplorasi Mandalay yang sesungguhnya akan segera dimulai!
Mulailah perjalanan Anda dengan membeli Mandalay Archaeological Zone Pass (sekitar Rp100.000) yang berlaku untuk beberapa situs utama. Bangun sebelum matahari terbit dan lintasi Jembatan U-Bein sepanjang 1,2 kilometer dari kayu jati tua yang membentang di atas Danau Taungthaman, sekitar sembilan kilometer dari pusat kota. Suasana pagi di sini masih tenang, dan Anda bisa menyaksikan warga lokal berlari atau bersepeda menyusuri jembatan tua ini.
Kembali ke kota, masuklah ke Istana Mandalay dari gerbang timur. Anda perlu meninggalkan identitas dan berjalan kaki sekitar 800 meter menuju aula berwarna merah tua dan galeri kecil yang menyimpan peninggalan sejak tahun 1859.
Lanjutkan perjalanan menuju Bukit Mandalay. Anda bisa naik tuk-tuk dengan biaya sekitar Rp45.000 pulang-pergi, atau jika suka tantangan, mendaki selama 30–40 menit hingga ke puncak untuk menikmati pemandangan senja yang memukau (biaya masuk platform sekitar Rp10.000).
Sekitar dua kilometer ke arah timur, Pagoda Kuthodaw akan membuat Anda terpukau. Terdiri dari 729 kuil kecil berwarna putih yang masing-masing menyimpan lempengan marmer bertuliskan naskah kuno, sering dijuluki sebagai 'buku terbesar di dunia". Tak jauh dari sini, Biara Shwe Nan Daw Kyaung memamerkan ukiran jati yang rumit, sedangkan Atumashi Kyaung yang berdinding gading berdiri megah di atas lantai marmer, semuanya termasuk dalam tiket zona.
Masih di kota, di Jalan 82, Anda bisa mengunjungi Aula Mahamuni yang menyimpan patung perunggu setinggi 4 meter yang dilapisi daun emas oleh para peziarah. Bagi pria, menempelkan daun emas di patung ini dapat dilakukan dengan biaya sekitar Rp20.000. Jika ingin mengabadikan momen, ada biaya kamera sekitar Rp10.000.
Setelah puas menjelajah, ganti sajian mi goreng dengan makanan panggang di Union BBQ. Pilih sendiri tusuk sayuran, tahu, atau udang yang ingin Anda nikmati. Setiap tusuk akan dihitung dan dipanggang langsung oleh sang juru masak (rata-rata makan malam untuk dua orang lengkap dengan minuman sekitar Rp125.000).
Sekitar sebelas kilometer ke barat daya Mandalay, Inwa menyimpan nuansa kuno di tengah pulau kecil yang dikelilingi sungai. Dari dermaga Jembatan Sagaing, Anda bisa menyeberang naik feri lokal hanya dengan Rp25.000 pulang-pergi, durasinya sekitar 10 menit.
Setelah tiba, sewa delman atau skuter (sekitar Rp80.000 untuk dua jam) untuk mengelilingi jalur tanah yang membawa Anda menuju masa lampau.
Kunjungi Biara Bagaya, struktur kayu jati setinggi 18 meter yang berdiri sejak tahun 1599 dan terbuka untuk pemegang tiket zona. Lanjutkan perjalanan ke utara menuju Kompleks Pagoda Yadana Hsenee yang eksotis, dengan stupa-stupa bata yang berlumut dan tertutup rumput liar, dibangun sejak abad ke-15. Tutup perjalanan Anda di Maha Aung Mye Bon San, atau dikenal juga sebagai "Biara Bata," yang terkenal dengan arcade bertingkatnya yang dilapisi lumut hijau.
Mingun terletak sekitar 45 menit berkendara dari Mandalay, atau satu jam dengan feri umum yang berangkat pukul 09.00 pagi (biaya sekitar Rp50.000 pulang-pergi). Saat tiba, pengunjung lokal perlu membayar tiket masuk sebesar Rp40.000.
Di sini, Anda akan menemukan Hsinbyume Paya, pagoda putih berundak tujuh yang melambangkan gunung mitos dan menawarkan pemandangan 360 derajat di puncaknya. Dua blok dari sana, Anda bisa menyentuh dan membunyikan Lonceng Mingun, lonceng seberat 90 ton yang berdiri sejak 1896. Akhiri dengan menjelajahi Mingun Pahtodawgyi, struktur bata raksasa setinggi 50 meter yang retak karena pergeseran tanah, namun tetap bisa dinaiki melalui tangga sampingnya.
Di seberang Sungai Ayeyarwady, Bukit Sagaing berdiri menghijau, dihiasi kubah-kubah emas yang bersinar. Taksi dari pusat kota menuju sini umumnya mengenakan tarif sekitar Rp110.000 untuk perjalanan sejauh 20 kilometer.
Jelajahi Gua U Min Thonze, lorong melengkung yang menampilkan deretan patung duduk di bawah dinding mosaik kaca yang berkilauan, masuknya gratis. Untuk pemandangan sungai yang memukau, naiklah ke titik pandang Soon U Ponya Shin (biaya kamera sekitar Rp10.000). Waktu terbaik untuk berkunjung adalah pagi hari saat cuaca cerah atau sore ketika cahaya senja menyapu lembut pemandangan.
Sewa motor harian berkisar antara Rp80.000–Rp110.000, namun lalu lintas kota cukup padat. Untuk perjalanan pendek, aplikasi seperti Grab sering menawarkan tarif di bawah Rp15.000. Jika Anda ingin menjelajahi beberapa lokasi luar kota sekaligus, banyak penyedia tur yang menawarkan paket "empat kota" dengan mobil pribadi, AC, dan pemandu dasar seharga sekitar Rp320.000 untuk delapan jam.
Bagi pelancong hemat, Hotel Royal Yadanarbon menawarkan kamar double dengan sarapan sekitar Rp240.000. Jika Anda suka bertemu sesama wisatawan, Ostello Bello hostel populer karena sunset rooftop dan acara malamnya (mulai dari Rp290.000 untuk dorm, dan Rp550.000 untuk kamar privat). Untuk yang mencari kemewahan dengan pemandangan sungai, Ayarwaddy River View Hotel adalah pilihan sempurna kolam renang, taman pribadi, dan dek matahari dari harga Rp1.000.000 per malam.
Mandalay menyimpan keajaiban bagi siapa saja yang mau menjelajah lebih jauh dari sekadar destinasi utama. Jembatan kayu yang tak lekang waktu, pagoda putih yang berundak, hingga reruntuhan bata megah yang diselimuti alam, semua bisa Anda nikmati dengan biaya terjangkau.
Pertanyaannya: Harta karun tersembunyi mana yang akan Anda masukkan ke dalam daftar perjalanan Myanmar Anda?