Hi, Lykkers! Generasi Z di Indonesia dikenal kreatif, adaptif terhadap tren, dan peduli terhadap isu lingkungan.
Salah satu gaya hidup baru yang kini banyak digemari adalah urban farming atau bertani di perkotaan.
Tren ini bukan hanya sekadar hobi, tapi juga menjadi simbol gaya hidup berkelanjutan yang relevan dengan tantangan dunia modern.
Apa Itu Urban Farming?
Urban farming adalah kegiatan bercocok tanam di area perkotaan dengan lahan terbatas. Biasanya dilakukan di halaman rumah, balkon, atap gedung, hingga lahan kosong yang diubah menjadi kebun produktif. Tanaman yang ditanam pun beragam, mulai dari sayur, buah, hingga tanaman herbal.
Kenapa Gen Z Tertarik dengan Urban Farming?
1. Peduli Lingkungan
Gen Z lebih sadar akan dampak krisis iklim. Urban farming memberi kesempatan untuk berkontribusi kecil tapi nyata dengan mengurangi jejak karbon melalui tanaman hijau.
2. Gaya Hidup Sehat
Memiliki kebun sendiri berarti bisa mengonsumsi sayur dan buah segar tanpa pestisida berlebih. Hal ini sejalan dengan tren hidup sehat yang banyak dijalani anak muda.
3. Estetika dan Konten Sosial Media
Urban farming seringkali dikemas estetik dengan pot gantung, vertical garden, atau hidroponik modern. Tak jarang, kebun mini ini jadi latar foto Instagram maupun TikTok.
4. Kemandirian Ekonomi
Beberapa Gen Z bahkan menjadikan urban farming sebagai peluang usaha, menjual hasil panen organik atau produk turunan seperti jus sehat dan tanaman hias.
Teknik Urban Farming Favorit Gen Z
1. Hidroponik: Menanam tanpa tanah, hanya menggunakan air bernutrisi. Populer karena modern, efisien, dan cocok untuk area sempit.
2. Vertical Garden: Cocok untuk hunian minimalis, tanaman disusun vertikal di dinding sehingga hemat ruang.
3. Microgreens: Menanam sayuran kecil dengan masa panen cepat (7–14 hari). Trendy untuk salad atau topping makanan sehat.
4. Aquaponik: Kombinasi budidaya ikan dan tanaman, memberi pengalaman unik sekaligus produktif.
Manfaat Urban Farming untuk Generasi Z
1. Mengurangi Stres: Merawat tanaman terbukti membantu kesehatan mental, cocok untuk Gen Z yang sering menghadapi tekanan akademis maupun pekerjaan.
2. Meningkatkan Kreativitas: Merancang kebun mini dengan gaya unik bisa menjadi media ekspresi diri.
3. Menguatkan Komunitas: Banyak komunitas urban farming terbentuk, mempertemukan anak muda dengan visi yang sama soal keberlanjutan.
4. Masa Depan Berkelanjutan: Urban farming bukan sekadar tren, tapi solusi nyata untuk ketahanan pangan kota di masa depan.
Urban farming telah menjadi lebih dari sekadar hobi bagi Generasi Z Indonesia. Ia adalah kombinasi gaya hidup sehat, kesadaran lingkungan, peluang ekonomi, dan identitas sosial. Dengan sentuhan kreatif dan teknologi modern, Gen Z berhasil mengubah bercocok tanam menjadi sesuatu yang keren, estetik, dan bermanfaat.
Jadi, sudah siap mencoba menanam sayur sendiri di balkon atau teras rumahmu?